Pupuk dan Kesejahteraan Petani

Sunday, February 21, 2010
BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Lampung belum lama ini, menyebutkan bahwa untuk Triwulan IV 2009, perekonomian Lampung tumbuh negatif 9,60 persen dari triwulan sebelumnya.

Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008, perekonomian Lampung tumbuh 3,97 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Lampung sampai dengan triwulan IV 2009 atau tahun 2009 tumbuh 5,07 persen.

Struktur ekonomi Lampung triwulan IV 2009 dibandingkan triwulan sebelumnya, mengalami perubahan komposisi dan pergeseran urutan. Sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar (33,50 persen), diikuti sektor industri pengolahan dan perdagangan/hotel/restoran masing-masing sebesar 16,24 dan 14,39 persen.

Dengan hasil ini, maka wajar kalau jauh-jauh hari pemerintah Provinsi Lampung menjadikan bidang pertanian sebagai salah satu program unggulan daerah. Caranya, dengan meningkatkan produktivitas budidaya tanaman pangan untuk "menggenjot" daerah sebagai salah satu 'lumbung' beras nasional.

Apalagi Lampung dengan luas 35.367 Km2 ini memiliki potensi investasi yang sangat besar di bidang pertanian. Berbagai usaha skala raksasa yang terkait dengan bidang pertanian dan perikanan terdapat di Lampung.

Sejumlah keunggulan Lampung yang kerap kali dipromosikan pemerintah daerah Lampung yaitu: produsen gula pasir yang memasok sampai 35 persen produksi nasional, produsen tapioka (60 persen produksi nasional), penghasil nenas kaleng (26 persen pemasok kebutuhan dunia), dan pengekspor udang ke AS dan Jepang (terbesar di Indonesia). Lampung juga lumbung padi nasional, penghasil utama jagung, kopi nasional, dan penjual sapi terbesar ke Pulau Jawa.

Keberhasilan pemerintah daerah Provinsi Lampung menjadikan pertanian menjadi program unggulan tidaklah mudah. Artinya, perlu sinergi antara pemerintah daerah, petani dan Pupuk Sriwidjaja (Pusri). Apalagi petani dan pusri adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan.Petani perlu pupuk dan pupuk perlu petani.Bagaimana mau menanam kalau tidak ada pupuk? Bagaimana pupuk akan terjual kalau tidak ada yang beli dan seterusnya?

Harus diakui selama ini pusri memiliki peran yang cukup besar dalam mendorong kesejahteraan petani.Paling tidak ini dibuktikan oleh hasil rilis BPS Provinsi Lampung, (4/1/2010), yang menyebutkan bahwa untuk wilayah Sumatera, petani di Lampung merupakan petani yang paling sejahtera karena NTP (nilai tukar petani) pada bulan November paling tinggi, meskipun perubahan NTP pada bulan November hanya menempati urutan ke-5.

Untuk Lampung sendiri, pusri memiliki pasar penjualan pupuk yang cukup potensial. Terlebih jika kita melihat perkembangan pertanian di beberapa daerah, semisal Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara, Tulang Bawang, Tanggamus, Lampung Selatan, Metro, dan Pringsewu.

Dari pengamatan yang ada di lapangan, salah satu upaya untuk membuat para petani menjadi sejahtera dan dalam upaya mendorong ketahanan pangan adalah menjaga bagaimana supaya distribusi pupuk tepat sasaran.

Maksudnya, pupuk bisa lebih mudah didapatkan oleh para petani yang benar-benar membutuhkan dengan harga yang wajar.Karena itu, tentu kita mendukung adanya senergi antara pusri, pemerintah daerah, dan kepolisian untuk menjaga hal-hal yang tidak dinginkan.

Misalnya saja penimbunan pupuk oleh pengusaha tertentu, pemalsuan pupuk atau menjual pupuk di luar harga yang wajar yang justru akan membebani petani. Terlebih kini mereka sedang terkena musibah karena lahan garapannya terkena banjir.

Paling tidak yang harus dikedepankan adalah pengawasan dan saksi yang tegas.Tanpa itu, sehebat apapun distribusi pupuk mustahil akan sampai ke tangan petani secara mudah dan dengan harga yang wajar.

Akan sangat celaka bila keberadaan pupuk pusri tersebut hanya dinikmati oleh segelintir orang yang ingin mengeruk keuntungan. Kalau ini terjadi, rasanya mimpi untuk menjadikan petani sejahtera dan mendorong ketahanan pangan hanya angan-angan saja. (*).

0 comments:

Post a Comment