Demokrasi dan Pencalonan Julia Perez

Sunday, April 11, 2010
DEMOKRASI sejatinya memberikan kebebasan kepada siapa pun mencalonkan diri atau dicalonkan untuk menduduki jabatan politik. Apalagi soal ini diamanatkan dalam konstitusi negara kita. Jadi wajar kalau ada banyak orang, baik dari kalangan pengusaha dan artis berlomba-lomba menduduki jabatan "empuk", semisal kursi kepala daerah.

Bahkan jauh-jauh hari fenomena artis terjun menjadi kepala daerah atau wakil kepala daerah telah dijalani oleh beberapa artis, semisal Rano Karno (wakil Bupati Tangerang), Dede Yusuf (wakil Gubernur Jawa Barat), dan Diky Candra (wakil Bupati Garut).

Apakah kesuksesan mereka yang membuat seorang artis seksi Julia Perez berminat menjadi calon wakil Bupati Pacitan, mendampingi sepupu Presiden SBY, Nur Cahyono, yang diusung koalisi delapan partai yang menamakan diri Koalisi Amanat Persatuan Rakyat?

Pada hemat saya, Julia Perez adalah orang yang menjadi korban politik dari para politisi yang sudah kehilangan akal untuk mencari kader partai yang layak dan mumpuni menjadi wakil Bupati Pacitan. Mudah ditebak, pencalonan Julia Perez hanya bertujuan untuk meraih suara terbanyak.

Alih-alih mendapatkan simpati dan dukungan, sejumlah perempuan yang tergabung dalam Aliansi Perempuan Pacitan bahkan menolak mentah-mentah sang "bom seks". Bahkan mereka menggelar demo menolak Julia Perez menjadi salah satu calon wakil Bupati Pacitan. Aksi demo ini tentu sangat disayangkan. Mengapa?

Saya kira sebagai warga negara Julia Perez memiliki hak untuk mencalonkan diri menjadi calon wakil Bupati Pacitan. Jika mereka tidak menghendaki ada baiknya tidak memilih Julia Perez dan pasangannya. Bukankah itu lebih elok dari perspektif demokrasi.

Nah, untuk partai pengusung Julia Perez, saya kira ada baiknya memikirkan kembali, apakah keputusan mencalonkan seorang Julia Perez sudah tepat. Saya malah berfikir, meski setiap warga negara berhak mencalonkan diri menduduki jabatan politik, maka ada baiknya kita mempertimbangkan kapabilitas dan integritas calon tersebut.

Apalagi ini menyangkut masa depan suatu daerah untuk lima tahun ke depan. Pertanyaan tidak kalah penting, apakah seorang Julia Perez mengerti dan memahami politik? Apalagi latar belakang dia seorang artis "panas". Pertanyaan ini penting dijawab, sebab politik itu bukan hanya soal kebijakan, tetapi seni berpolitik. Seni bagaimana mengelola pemerintahan.(*)

(*) Taryono, Redaktur Harian Tribun Lampung

0 comments:

Post a Comment