Kebijakan Aneh Pemerintah Australia

Monday, July 19, 2010

JULIA Gillard bukanlah orang biasa. Ia adalah Perdana Menteri baru negera tetangga kita, Australia. Perempuan kelahiran Barry, Wales, 48 tahun yang lalu, resmi menggantikan Kevin Rudd untuk memimpin negara benua itu sejak 24 Juni 2010 lalu.

Selain sebagai PM wanita pertama di Australia, Gillard juga dianggap sebagai perdana menteri Australia pertama yang belum pernah menikah.

Kini belum sebulan menjadi perdana menteri. Gillard sudah membuat kebijakan aneh. Pasalnya, ia ingin menjadikan Timor Leste sebagai pusat pemrosesan regional bagi para pencari suaka. Rencana itu, menurut Gillard, merupakan respons atas persoalan global tentang membengkaknya jumlah pencari suaka.

Sebelumnya, keinginan ini telah mendapat persetujuan awal dari Timor Leste dan Selandia Baru. Gillard mengatakan telah berbicara dengan Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta, Perdana Menteri Selandia Baru John Key, dan Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi Antonio Guterres. Ramos Horta telah menyatakan setuju untuk membahas kemungkinan membangun fasilitas pemrosesan pencari suaka di negaranya.

Tapi belakangan ini justru sikap pemerintah Timor Leste bertolakbelakang dengan apa yang dikatakan Gillard. Penasihat Perdana Menteri Timor Leste bidang komunikasi Antonio Ramos menyatakan, kalau negara-negara di Asia Tenggara menolak usulan tersebut, mengapa Australia meminta Timor Leste. Dia malah menyarankan agar pusat penampungan itu dibangun di wilayah Australia. Malahan Wakil Perdana Menteri Timor Leste Mario Viegas Carrascalao menegaskan bawa Timor Leste bukan negara koloni.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Tentu sikap kita jelas menolak. Paling tidak hal ini bisa dilihat dari apa yang disampaikan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Dia sangat khawatir pendirian pusat penampungan tersebut akan membuat lebih banyak pengungsi masuk ke wilayah perairan Indonesia.

Yah, hubungan Indonesia dengan Australia memang selalu mengalami pasang surut seperti air laut. Kadang pasang, kadang surut. Setiap saat selalu saja ada pertentangan.Tapi untungnya persoalan- persoalan tersebut bisa diselesaikan dengan kepala dingin.

Tentu saja kita berharap dalam kasus pengungsi ini, Indonesia, Australia, dan Timur Leste bisa mengambil langkah yang saling menguntungkan. Dan jangan biarkan hal ini menjadi bom waktu yang akan meledak kapan saja. Kalau ini yang terjadi, maka lagi-lagi kita yang dirugikan.(*)

0 comments:

Post a Comment