Akhirnya Kawin Juga!

Thursday, July 7, 2011
"Saya terima nikahnya dengan mas kawin tersebut,"kata saya."Bagaimana saksi?,"tanya penghulu."Sah," kata saksi."Jadi Anda berdua sekarang sah sebagai pasangan suami istri,"kata penghulu.

Tak lama kemudian, suasana tegang dan hening pun pecah oleh isak tangis keluarga saya dan istri.Saya dan istri kemudian sungkem dengan keluarga besar. Ada tangis bahagia dan tawa di hari itu.

Lalu bagaimana dengan saya apakah saya menangis?Entalah saya tidak tahu mengapa saya tidak menangis. Tapi yang jelas hati saya sangat bahagia.Sayang, kebahagian ini kurang sempurna.Ini karena kedua orangtua saya telah tiada, sehingga ia tidak bisa menyaksikan momen penting ini.

Tapi sudahlah, kata saya dalam hati, yang penting acara akad nikah ini berjalan dengan baik.

Sambil menyalami orang-orang yang hadir di rumah istri saya.Ingatan saya terbang melayang ke masa lalu. Oh, betapa panjang perjalanan saya untuk mencapai titik ini.

Sebelumnya saya merencanakan menikah pada bulan Juni tahun  lalu, setelah tujuh tahun berpacaran. Saya pun sudah menyewa gedung untuk resepsi pernikahan.

Tapi sayang, rencana itu gagal karena istri saya harus pindah kerja ke Palembang,dan tidak mungkin ia harus minta ijin bolak-balik Lampung-Palembang.Apalagi dia masih dua bulan berkerja.

Masalah tak berhenti di situ, adik saya laki-laki ingin nikah tahun itu juga."Kalau kamu ngak jadi nikah tahun ini, maka saya mau nikah bulan Oktober,"kata dia.

Kemudian saya berpikir, tidak mungkin kalau saya menikah dalam tahun yang sama dengan adik saya. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya dan istri memutuskan menikah pada bulan Juni tahun ini.

Masalah lain kemudian muncul.Saya dan istri seringkali bertengkar. Masalahnya karena selama ini saya belum membicarakan rencana pernikahan saya dengan keluarga besar almarhum ibu dan bapak saya.

Ini tidak saya lakukan karena saya pernah kabur dari rumah hampir tiga tahun.Saya kabur karena saya kecewa dengan keluarga almarhum ibu saya.Selama kabur dari rumah saya hidup menumpang di kosan teman. Beruntung ia mau menampung saya, karena saya bilang saya diusir dari rumah.

Ketika istri saya tahu saya kabur dari rumah, ia sempat marah-marah.Cukup lama ia marah-marah.Saat itu wajahnya tidak lagi penuh  senyum.Tapi yang ada hanya raut cemberut.

Entalah hal apa yang menyebabkan ia kemudian berbaik hati pada saya, saya tidak tahu.Mungkin dia kasihan pada saya, sebab saya yatim piatu.Sudah itu jauh dari saudara saya.

Tiba-tiba saya tersentak dari lamunan karena teriakan dari teman saya yang bilang."Akhirnya kawin juga ya,"kata dia. Saya pun hanya tersenyum sambil menyalaminya.(*)

0 comments:

Post a Comment