ITA, seorang manajer PSDM di sebuah perusahaan penerbitan di Bandar Lampung, hanya geleng-geleng kepala saat ditanya mengenai teknologi 4G(fourth-generation technology). Pasalnya ia belum tahu kehadirin teknologi ini di Indonesia.
Tak berbeda dengan Juan, seorang staf IT (Information Technology) di sebuah surat kabar ternama di Lampung, juga belum mengetahui sama sekali mengenai teknologi 4G. Malah yang ia tahu hanya teknologi 3G yang sudah masuk ke Indonesia empat tahun yang lalu.
Meski demikian, keduanya ingin lebih tahu apa kelebihan dan keuntungan mengunakan teknologi ini dalam rutinitas sehari-hari.
Boleh dibilang tekonologi 4G agak sulit diimplementaskan di Indonesia, paling tidak untuk jangka pendek.
Direktur Standardisasi Ditjen Postel Depkominfo, Azhar Hasyim, mengungkapan dua hal yang menyebabkan operator seluler di Indonesia terancam tak bisa mengimplementasikan teknologi jaringan generasi keempat (4G) berbasis Long Term Evolution (LTE).
Alasan pertama karena masalah Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Kedua, 4G LTE kemungkinan tak bisa diimplementasikan di Indonesia jika perusahaan teknologi asing yang mengusung inovasi tersebut tak mampu mengajak mitra lokal bekerja sama memenuhi ketentuan kandungan dalam negeri.
Namun demikian, kabar baiknya, Kementrian Komunikasi dan Informasi akan membangun teknologi long term evolution (LTE) atau 4G, generasi teranyar teknologi high speed packet acces (HSPA) 2013, meskipun serangkaian uji coba terhadap teknologi ini telah mulai dilakukan oleh beberapa operator pada tahun ini.
Adapun tiga operator telah mengajukan izin untuk melakukan uji coba layanan LTE yaitu PT Telkomsel, PT XL Axiata Tbk, dan PT Indosat Tbk.
Menginggat tidak mudah mengembangkan teknologi 4G. Maka ada baiknya operator seluler tidak terburu-buru mengimplementasikan teknologi ini. Penting kiranya para oprator lebih mengutamakan pembangunan jaringan layanan yang lebih memaksimalkan terhadap teknologi 3G.
Apalagi berdasarkan data Kementrian Komunikasi dan Informasi menyebutkan, dari jumlah Base Transceiver Station (BTS) dengan perangkat 3G di dalamnya yang dimiliki oleh lima operator pemegang lisensi masih jauh dari 50% total BTS yang dimiliki.
Meski telah diklaim telah nasional, para operator rata-rata hanya menaruh satu BTS 3G di satu kecamatan atau kabupaten. Jadi wajar kalau kalau para oprator diminta tidak terburu-buru mengimplementasikan tekologi 4G tersebut.
Untuk kita yang tinggal di Lampung agaknya belum beruntung. Pasalnya, layanan 4G operator Firstmedia dengan merek dagang Sitra WiMAX sekaligus operator 4G pertama yang meluncurkan layanan 4G Wireless Broadband di Indonesia, baru melayani Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Banten, Sumatera Utara, dan Propinsi NAD. (*)
0 comments:
Post a Comment