Rakyat Indonesia Dikepung Kelaparan

Tuesday, September 14, 2010
BADAN pangan PBB, FAO, seperti dikutip BBC Indonesia, Selasa (14/9) menyebutkan bahwa tingkat kelaparan dunia masih terlalu tinggi meski sudah turun dibanding tahun lalu.

FAO memperkirakan jumlah manusia yang kekurangan gizi pada tahun 2010 berjumlah 925 juta jiwa, turun dari 1,02 miliar tahun lalu. Namun, FAO memperkirakan perjuangan untuk mengurangi kelaparan di dunia akan semakin berat bila harga pangan terus naik.

Sementara itu, organisasi bantuan Action Aid memperkirakan negara-negara berkembang mengalami kerugian sebesar US$450 miliar (Rp 4.000 triliun) karena kelaparan.

Menurut laporannya, 90% kerugian itu disebabkan oleh produktivitas yang turun akibat kekurangan gizi, sementara 10% lainnya disebabkan oleh kenaikan biaya layanan kesehatan.

Action Aid berpendapat kerugian ini 10 kali lipat lebih besar dari dana yang diperlukan untuk mengurangi tingkat kelaparan sebesar 50 persen pada tahun 2015, salah satu dari delapan Millennium Development Goals, MDG, yang ditetapkan PBB.

MDG merupakan komitmen anggota-anggota PBB untuk mengurangi kemiskinan dan memperbaiki taraf hidup pada tahun 2015.

Kelaparan di Indonesia

Benny Susetyo, Budayawan dan Sekretaris Dewan Nasional Setara Institute, dalam tulisannya di Suara Pembaruan mengatakan bahwa kasus keluarga miskin  meninggal dunia karena kelaparan sangat memilukan. 

Kasus kematian bayi akibat busung lapar terus terjadi. Penderitaan demi penderitaan yang dialami rakyat kecil bahkan sudah menjadi pemandangan sangat biasa yang tidak terlalu mengundang keprihatinan penguasa untuk melakukan reorientasi visi dan kebijakan ekonominya.

Kasus kelaparan di berbagai daerah semakin memperburuk daftar panjang kasus kemiskinan di negeri ini. Sayangnya, kita belum bisa membaca peringatan itu dengan baik. Kelaparan, gizi buruk, penyakit polio, busung lapar, dan seterusnya adalah pertanda dari Tuhan agar bangsa ini bisa dan mau menyadari adanya polaritas yang amat tajam antara elite yang kaya raya dan rakyat jelata.

Tentu saja kasus kelaparan dan lainnya adalah kasus yang menyentuh kalbu kemanusiaan. Kasus ini seharusnya bisa memberikan penyadaran bahwa di tengah gegap-gempita perebutan akses jabatan dan uang di Jakarta oleh elite-elite kita, generasi kita menghadapi hidup yang sulit bahkan mengenaskan. Kasus kelaparan ini memerlukan solidaritas sosial dan merupakan tanggung  jawab dari seluruh komponen bangsa ini. Semoga.

0 comments:

Post a Comment