Pratik Kekerasan di Tubuh Parpol

Monday, October 25, 2010
Kisruh Muswil DPW PAN Lampung. Foto Perdiansyah/Tribun Lampung


OYOS Saroso H N, wartawan The Jakarta Post untuk wilayah Lampung, Sabtu(23/10), menulis di dinding facebooknya: "Kalau Fikri Yasin dikalahkan Mance yang konon dijagokan "pusat" dalam Muswil PAN Lampung, itu berarti DPP PAN memang...(ah tahu sendirilah).... Dari luar pagar saya bertanya: masak hiya sih Mance yang selama ini diketahui publik lebih biru Partai Demokrat ketimbang PAN tiba-tiba jadi ketua PAN?".

Sejumlah teman Oyos  memberikan komentar, sebut saja Dedy Mawardi :"Oyos....dr pilihan partai saja dah plin-plan. Itu tanda gak perlu dipilih utk 2014". Lalu, Isbedy Stiawan Z  juga memberikan komentar: Setiap politik, mudah ditebak kan? semalam ada kabar 'dari orang dalam PAN' ada makan-makan di Rumah Kayu.... (bukankah makan-makan, sekarang lebih dekat pd dukungan?)".

Beralih dari obrolan Oyos dan beberapa teman-temannya di jejaring sosial yang bernama facebook, namun masih memiliki keterkaitan. Minggu(24/10) kemarin, Abdurrahman Sarbini (Mance) terpilih menjadi Ketua DPW Partai Amanat Nasional Lampung. Ia terpilih secara musyawarah mufakat pada muswil.

Sayang sekali, pemilihan Mance sebagai ketua berlangsung panas karena sempat diwarnai kericuhan. Edi Agusyanto, peserta sidang yang berasal dari DPW, dipukuli dua orang. Edi dipukul setelah menginterupsi Khairul, pimpinan sidang.

Edi menginterupsi pimpinan sidang sambil berteriak. Ia kemudian dibawa ke belakang forum oleh beberapa orang. Edi sempat diamankan oleh belasan anggota Brimob. Tiba-tiba dari arah belakangnya, datang seseorang melayangkan bogem mentah.

Suasana panas akhirnya bisa diredakan setelah Alimin Abdullah, anggota DPP mengambil alih sidang. Alimin berusaha menenangkan suasana.

Abdullah Fadri Auli, bekas ketua DPW PAN Lampung menuturkan, suasana panas berawal saat enam orang calon ketua mengusulkan pemilihan ketua berlangsung secara musyawarah. Usul ini ditolak Fikri Yasin, calon lainnya. Fikri menghendaki pemilihan berlangsung secara pemungutan suara.

Pimpinan sidang pun menyerahkan pada forum. Forum akhirnya menyetujui pemilihan berlangsung musyawarah mufakat. Namun, hal ini diprotes oleh kubu Fikri. Sidang pun berlangsung panas yang puncaknya terjadi pemukulan terhadap Edi.

Seusai pimpinan sidang menetapkan Mance terpilih sebagai ketua, Fikri langsung keluar ruang sidang dikawal beberapa rekannya.

Menurutnya, idealnya pemilihan berlangsung secara voting karena dirinya masih terus maju dalam pencalonan. Selain itu, kata Fikri pemukulan terhadap Edi merupakan bentuk intimidasi dari pihak-pihak yang berlawanan dengannya.

Bagi saya insiden ini sangat memalukan. Tidak hanya bagi keluarga besar PAN. Tapi juga bagi komponen-komponen bangsa lainnya, yang konsen pada gerakan demokrasi. Apalagi  jauh-jauh hari PAN mengklaim sebagai partai reformis.

Mesti kader-kader PAN, utamanya di Lampung ini mau mengingat sejarah, bahwa PAN didirikan  dengan tujuan menjunjung tinggi dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material dan spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian dan nondiskriminatif.

Kini, kelihantannya kader-kader PAN sudah kehilangan  arah dan kehabisan energi positif. Makanya wajar kalau dalam konteks berdemokrasi internal partai saja mereka saling baku hatam. Dan ini sangat tidak sejalan dengan nilai-nilai demokrasi. Jika saja kedepan kader-kader PAN tidak mengoreksi diri, maka jangan harap PAN akan menjadi partai modern dan besar di negeri ini. Paling-paling yang terjadi, PAN menjadi partai gurem.

0 comments:

Post a Comment