Bandar Lampung Kota Wisata Buku?

Tuesday, August 3, 2010
BANDAR Lampung sepertinya harus mencontoh langkah pemerintah Kota Bandung. Apalagi langkah ini sangat positif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mendorong peradaban bangsa. Langkah apa sebenarnya diambil pemerintah Kota Bandung?

Mereka baru-baru ini mencanangkan kotanya sebagai salah satu kota wisata buku. Pekot Bandung sendiri berencana membuat fasilitas tempat duduk di taman kota sebagai tempat membaca buku. Kabarnya, untuk bukunya didrop oleh perpustakaan keliling milik pemerintah kota.

Sedangkan rencana pembangunan perpustakaan akan dibangun di bekas Mal Palaguna Alun-Alun Kota Bandung. Keinginan Wali Kota Bandung untuk menjadikan daerah ini sebagai obyek wisata buku juga didukung Ikatan Penerbit Indonesia.

Malahan IKAPI akan mendorong pembangunan perpustakaaan di kelurahan kelurahan dan kecamatan agar masyarakat bisa mengakses buku.

Pada tahun lalu, IKAPI Jawa Barat telah mengirimkan paling tidak 28 ribu ekslempar buku ke kelurahan dan perpustakaan.

Kondisi ini tentu berbeda dengan Kota Bandar Lampung. Di sini pemerintah daerah tampaknya belum tertarik dengan langkah yang diambil Kota Bandung. Padahal kebijakan ini merupakan investasi jangka panjang.

Di sini, rasanya sangat sulit untuk menemukan taman bacaan yang berada di tempat-tempat fasilitas umum, semisal, di taman kota atau di mal. Celakanya lagi, taman kota justru dijadikan tempat ajang muda-mudi memadu kasih. Tak jarang malah sering terjadi tindak kriminal: penodongan, pemerasan dan lain-lain.

Sementara untuk perpustakaan yang dikelola oleh pemerintah daerah.Tentu ini harus menjadi perhatian. Khususnya koleksi buku bisa ditambah dengan koleksi terbaru. Kalau ini yang dilakukan tentu pengunjung akan senang dan tak ragu-ragu datang ke perpustakaan.

Selain itu, kita berharap pengelola perpustakaan juga harus memperhatikan desain dan tata ruang supaya pengunjung bisa merasa nyaman dan betah berada di dalam ruangan. Namun, lagi-lagi semua ini tergantung kepada pemerintah daerah.

Tanpa itu semua, minat baca masyarakat tidak akan meningkat. Dan bisa jadi perpustakaan hanya menjadi tempat yang membosankan. Akhirnya, peradaban bangsa menjadi puing- puing sejarah. (*)

0 comments:

Post a Comment