telegraph.co.uk Carole Caplin dan Tony Blair |
TONY BLAIR, mantan Perdana Menteri Inggris, diguncang isu tak sedapat. Surat kabar di Inggris beberapa waktu lalu menyebutkan, Carole Caplin, seorang tukang pijat, telah berhubungan seks dengan Tony Blair.
Tak terima dengan pemberitaan tersebut, Caplin melayangkan gugatan terhadap Daily Mail, koran yang menulis berita tersebut ke Pengadilan Tinggi di London.
Dalam pengakuannya, ia menyatakan bahwa dirinya tak pernah sekalipun berhubungan seks dengan Tony Blair. Saat itu, katanya, dia hanya sebatas memijat dan tak pernah melakukan hubungan badan.
Dia juga membantah sebuah artikel yang menyebutkan dia akan membongkar rahasia seks pasangan Tony dengan Cherie Blair. Ia menolaknya kendati bakal mendapatkan bayaran Rp 14 miliar dari sebuah penerbit untuk menceritakan kisah 10 tahun hubungan seks pasangan suami istri itu.
Kabar ini tentu kabar heboh kedua setelah sebelumnya Tony Blair dan Cherie Blair tidak mendapatkan undangan pernikahan dari Pangeran William dan Kate Middleton yang sempat memicu kontroversi publik Inggris.
Juru bicara Istana St James, kediaman keluarga kerajaan, mengatakan, Blair dan Brown tidak diundang karena keduanya bukan pengawal dan ksatria kerajaan.
Bagaimanapun, para anggota parlemen dari Partai Buruh merasa terkejut dan heran. Mereka berpandangan, Blair dan Brown telah dilecehkan karena tidak diikutsertakan dalam sebuah acara akbar yang dirayakan seluruh rakyat Inggris. Sebelumnya, pada pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana di St Paul Cathedral pada tahun 1981, seluruh mantan perdana menteri Inggris yang masih hidup, diundang ke acara tersebut.
Hubungan antara Istana Buckingham dan Blair serta Brown, diketahui diwarnai dengan sejumlah ketegangan. Istri Blair, Cherie, menolak untuk melakukan tradisi penghormatan dengan membungkukkan badan kepada anggota keluarga kerajaan.
Tony Blair dapat dikatakan orang yang pantas dikenang sebagai pemimpin karismatik yang sukses memacu perekonomian Inggris, tetapi sekaligus tak populer karena kebijakannya yang mendukung invasi AS ke Irak.
Majalah Time menjuluki duet `mesra' antara Tony Blair dan George W Bush sebagai "The George and Tony Show".
Selama dalam kepemimpinannya, Blair dinilai sukses dalam meningkatkan standar kehidupan rakyat Inggris dan menjadikan Inggris sebagai pusat perekonomian global. Blair juga sukses dalam mengurangi jumlah anak-anak miskin dan menjadikan Inggris negara pertama yang menerapkan target pengurangan emisi karbon dioksida melalui perangkat hukum.
Blair juga akan dikenang sebagai pemimpin Partai Buruh yang sukses memimpin dalam tiga periode: suatu prestasi politik yang sangat langka di Inggris. Blair juga mampu memecahkan kebuntuan masalah di Irlandia Utara.
Konflik senjata yang telah berlangsung puluhan tahun itu bisa diselesaikan lewat meja perundingan. Meski alot, semua pihak akhirnya sepakat meneken perjanjian damai sekaligus membentuk pemerintahan yang saling membagi kekuasaan di Irlandia Utara.
Perjanjian perdamaian yang prosesnya dimulai sejak tahun 1998 ini diharapkan bisa menghapuskan cap buruk terhadap Irlandia Utara yang seringkali disinonimkan dengan terorisme dan pertumpahan darah antara komunitas Protestan dan Katolik.
Di sisi lain, kesuksesan pemerintahan Blair juga dibayangi oleh sejumlah kegagalan dan kekecewaan publik, di antaranya kontroversi seputar Layanan Kesehatan Nasional yang digagas Menteri Kesehatan Patricia Hewitt, tindakan Mendagri Charles Clarke yang tidak mendeportasi 1.023 tahanan asing, dan skandal seks Deputi PM John Prescott.
Keputusan Blair menjadi sekutu AS dalam hal invasi ke Irak tahun 2003 juga menuai kecaman. Sebab perang terhadap Irak justru mengakibatkan kematian warga sipil secara masif, perusakan ketertiban sosial, pelanggaran hak-hak asasi manusia, terutama di Abu Gharib, dan yang paling menyedihkan adalah keputusan perang terhadap Irak justru disandarkan atas suatu bukti yang ternyata bohong belaka: senjata pemusnah massal itu tidak ditemukan di Irak. Meski mendapat kecaman, Blair tetap mempertahankan 7.100 pasukan Inggris di Basra.
Perjalanan hidup pria yang bernama lengkap Anthony Charles Lynton Blair ini cukup berliku. Blair yang lahir pada 6 Mei 1953 menghabiskan masa kecilnya di Durham, sebelum kemudian melanjutkan pendidikannya di Oxford University. Ia mulai tertarik politik pada usia 20-an dan bergabung dengan Partai Buruh saat Inggris berada di bawah kekuasaan Margaret Thatcher yang sedang membawa arah politik ke "kanan". Karier Blair di Partai Buruh melesat.
Di saat usianya 41 tahun, Juli 1994, ia harus menggantikan John Smith, pemimpin Buruh yang meninggal mendadak. Blair kemudian memimpin Partai Buruh dalam dua kali pemilu yang dimenangkan secara mutlak, yakni tahun 1997 dan 2001, dan masih bisa menang tipis pada pemilu tahun 2005.
Kemenangan mutlak tahun 1997 itu mengakhiri kepemimpinan Partai Konservatif selama hampir 20 tahun di negara itu. Bagi Partai Konservatif, kekalahan itu adalah yang terburuk sejak 1832. Blair kemudian menjadi perdana menteri termuda (43 tahun) dalam 185 tahun sejarah Inggris. (*)
0 comments:
Post a Comment