BANYAK dari sebagian kita tidak siap dengan perubahan. Atau jangan-jangan memang kita tidak ingin berubah. Biasanya kita menolak perubahan karena kita merasa nyaman dengan kondisi atau sistem yang ada.
Jadinya, kita tidak perduli lagi apakah sistem atau kondisi tersebut baik atau tidak. Kita akan merasakan hal ini setelah munculnya banyak persoalan dengan sistem yang kita anut dan jalankan.Dalam konteks lebih luas dan bila kita kaitkan dengan eksistensi sebuah perusahaan jasa, maka perubahan itu menjadi sebuah keharusan. Pasalnya, kalau kita tidak mau berubah dengan kondisi dan tuntutan saat ini, maka kita akan kehilangan kepercayaan, terutama bagi mereka yang memakai jasa kita.
Tapi, perlu dicatat bahwa perubahan pastinya membawa banyak resiko. Termasuk juga mendapatkan tantangan dari banyak orang yang tidak ingin ada perubahan karena merasa nyaman dengan sistem atau kondisi yang ada saat ini.
Terkait dengan perubahan, belakangan ini kita di hadapkan oleh adanya perubahan sistem yang dijalankan di Pelabuhan Bakauheni pasca peristiwa terbakarnya kapal fery yang menewaskan belasan penumpang.
Kini, penumpang yang akan menaiki kapal didata lebih lengkap lagi (manifest) mulai dari nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, hingga tujuan perjalanan. Cara ini, kabarnya memakan waktu yang lebih lama lagi, sehingga menimbulkan antrean yang sangat panjang.
Sistem ini tentu diambil dengan pertimbangan matang. Pasalnya, sistem yang lama dianggap kurang lagi relevan. Sebab, saat peristiwa naas terjadi banyak korban yang tidak diketahui indentitasnya. Karena itulah, kemudian kini pihak menejeman menerapkan sistem manifest.
Tentu sistem ini bukan tanpa resiko. Yang muncul kemudian antrean panjang. Akibatnya, banyak terjadi penumpukan penumpang. Sistem ini kemudian mendapatkan kritikan dari banyak pihak. Tapi ini tidak masalah. Ini adalah resiko dari sebuah perubahan menuju arah yang lebih baik. Bayangkan kalau menejeman pelabuhan tidak melakukan perubahan, bisa jadi kasus yang lalu bisa terulang lagi.
Cerita jatuh-bangun membangun sistem dapat dilihat pada Garuda. Garuda babak belur menghadapi era baru dengan sistem lama, lalu bertekad bertransformasi besar-besaran.
Hasilnya, kini Garuda diberi penghargaan sebagai maskapai paling berprestasi. Indikator kinerja pun diakui banyak perusahaan penilai. Sepanjang 2009 pertumbuhan pendapatannya 27 persen, hanya kalah sedikit dari maskapai berbiaya murah Air Asia dan Jet Air. Namun, margin ebitdanya menyamai Air Asia (22 persen), meski faktor muat penumpang baru 76 persen (Qantas 81 persen dan Singapore Airlines 77 persen).
Puncaknya, Direktur Utama Garuda Indonesia Tbk Emirsyah Satar dinobatkan sebagai 'Person of The Year 2010' versi majalah Orient Aviation, majalah resmi Asosiasi Maskapai Penerbangan Asia Pasific (AAPA). Emir dinilai mampu mengembalikan keterpurukan Garuda dari jeratan hutang menjadi perusahaan yang Go Public. Jadi jangan takut pada perubahan. Soalnya, tidak ada yang abadi di dunia ini, kecuali perubahan itu sendiri. (*)
0 comments:
Post a Comment